DAMASKUS, KOMPAS.com –
Militer Israel kini tidak hanya fokus menyerang kelompok Hamas di Jalur Gaza, tetapi juga melancarkan serangan udara ke berbagai titik di Suriah.
Pada malam hari Sabtu, 14 Desember 2024, Israel melakukan serangan udara yang menargetkan puluhan lokasi di Suriah, dengan meluncurkan total 61 rudal ke sasaran-sasaran militer yang telah ditentukan.
Meski mendapat serangan dari Israel, Abu Mohammed Al Julani, pemimpin Hayat Tahrir Al Sham (HTS) yang berbasis di Suriah, menyatakan bahwa organisasi yang dipimpinnya tidak memiliki niat untuk terlibat dalam konflik dengan Israel.
Baca juga: Warga Suriah Kini Menyadari akan Kekejaman Pemerintahan Assad
Menurut laporan dari The Guardian, serangan udara ini terjadi setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengungkapkan bahwa pasukan Israel, yang baru-baru ini mengambil alih zona penyangga Dataran Tinggi Golan dari Suriah, akan tetap berada di Gunung Hermon selama musim dingin di posisi yang mereka kuasai minggu lalu.
“Dengan situasi di Suriah saat ini, ada kepentingan keamanan yang signifikan bagi kami untuk mempertahankan puncak gunung itu,” ujar pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan Israel.
Di sisi lain, Abu Mohammed Al Julani, yang juga dikenal dengan nama samaran Ahmed Al Sharaa, menyampaikan kepada media pemerintah Suriah bahwa “tidak ada alasan untuk intervensi asing di Suriah sekarang setelah Iran pergi. Kami tidak tengah berusaha terlibat dalam konflik dengan Israel.”
Julani menekankan bahwa Israel menggunakan alasan yang tidak dapat diterima untuk membenarkan serangannya terhadap Suriah.
Baca juga: 32 Orang Terperangkap akibat Tambang Batu Bara Runtuh di Afghanistan
Dia menegaskan bahwa HTS tidak tertarik untuk terlibat dalam konflik baru, terutama karena negara tersebut saat ini berfokus pada proses rekonstruksi pasca-rezim Bashar Al Assad.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa hanya solusi diplomatik yang bisa membawa stabilitas, bukan tindakan militer yang tidak terencana.
“Argumen yang diajukan Israel semakin lemah dan tidak lagi dapat membenarkan pelanggaran yang mereka lakukan baru-baru ini. Israel telah melampaui batas dalam keterlibatannya di Suriah, yang dapat memicu eskalasi yang tidak perlu di kawasan,” tuturnya.
“Kondisi Suriah yang sudah lelah akibat perang, setelah bertahun-tahun konflik, tidak mendukung terjadinya konfrontasi baru. Saat ini, prioritasnya adalah rekonstruksi dan stabilitas, bukan terjebak dalam perseteruan yang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut,” tegasnya.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa Israel meluncurkan 61 rudal ke lokasi-lokasi militer di Suriah dalam waktu kurang dari lima jam pada malam tersebut.
Serangan udara tersebut menyasar pangkalan militer, peralatan berat, serta lokasi-lokasi yang terkait dengan program senjata dan senjata kimia rezim Assad sebelumnya, termasuk menghancurkan kekuatan angkatan laut Suriah yang kecil di pelabuhan Latakia.
Serangan yang terus menerus ini semakin menambah kekhawatiran di kalangan diplomat dan pejabat internasional, yang cemas akan potensi pendudukan baru yang tidak terbatas di wilayah Suriah.
Baca juga: AS Telah Berkontak dengan Kelompok HTS yang Menguasai Suriah
PBB telah meminta Israel untuk menarik diri dari zona penyangga yang terletak antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah menginstal aplikasi WhatsApp ya.