Gencatan Senjata Irael-Hamas: Harapan dan Realita 

KOMPAS.com – Ketegangan antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza kini menjadi perhatian utama di seluruh dunia.

Dalam sebuah laporan dari Kompas.com, Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengumumkan bahwa kesepakatan gencatan senjata atau ceasefire akan mulai berlaku pada hari Minggu, 19 Januari 2025.

Kesepakatan ini muncul setelah konflik berkepanjangan yang telah berlangsung lebih dari 460 hari. Momen ini sangat berarti, terutama ketika ribuan warga Gaza merayakan dengan sorakan gembira mendengar berita tersebut.

Baca juga: Ribuan Warga Gaza Bersorak Rayakan Gencatan Senjata Israel-Hamas

Penyebab Gencatan Senjata

Gencatan senjata ini tercapai setelah eskalasi kekerasan yang berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat sipil di kedua belah pihak. Selain banyaknya korban jiwa, kerusakan infrastruktur turut memperburuk kondisi sehari-hari.

Tekanan dari masyarakat internasional, termasuk peran mediasi dari berbagai negara, dianggap sebagai salah satu faktor kunci dalam tercapainya kesepakatan ceasefire.

Akan Kah Gencatan Senjata Ini Bertahan?

Gencatan senjata sebelumnya antara Israel dan Hamas seringkali hanya berlangsung singkat, dengan eskalasi baru yang muncul dalam waktu beberapa minggu atau bulan setelahnya.

Namun, kesepakatan kali ini memberikan harapan untuk perdamaian yang lebih berkelanjutan, terutama jika diikuti dengan langkah-langkah konkret untuk menangani isu-isu mendasar, seperti hak asasi manusia, blokade di Gaza, dan keamanan bagi kedua belah pihak.

Baca juga: Apa Saja Rincian Kesepakatan Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera antara Hamas dan Israel?

Dampak Gencatan Senjata bagi Warga Gaza

Bagi masyarakat Gaza, gencatan senjata ini membawa harapan baru. Ribuan orang keluar ke jalan merayakan berakhirnya periode ketegangan yang panjang.

Namun, tantangan yang ada masih belum sepenuhnya teratasi. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal akibat serangan, dan masalah mendasar seperti akses terhadap air bersih dan listrik masih menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Selain itu, trauma psikologis yang dialami akibat konflik juga menjadi isu mendesak yang perlu ditangani. Anak-anak dan keluarga yang terjebak dalam situasi ini harus menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

Baca juga: Siapa Para Negosiator di Balik Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza?

(Sumber: Kompas.com/ Diva Lutfiana Putri | Editor: Ahmad Dzulfaroh, Aditya Jawa Iswara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu untuk mengakses berita Kompas.com melalui WhatsApp Channel: WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah menginstal aplikasi WhatsApp ya.