Liputan6.com, Kabul –
Serangan udara yang dilakukan oleh Pakistan di wilayah perbatasan timur Afghanistan dilaporkan mengakibatkan 46 warga sipil kehilangan nyawa, menurut pernyataan resmi dari pemerintah Taliban pada Rabu (25/12/2024). Di sisi lain, seorang pejabat keamanan Pakistan menyatakan bahwa serangan itu ditujukan untuk menghancurkan “tempat persembunyian teroris”.
Peningkatan Ketegangan di Perbatasan
Serangan ini merupakan bagian dari eskalasi ketegangan yang semakin meningkat di perbatasan Afghanistan dan Pakistan, yang telah memburuk sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, memberi tahu AFP bahwa pada malam Selasa (23/12), Pakistan melancarkan serangan udara di empat lokasi berbeda di distrik Barmal, provinsi Paktika yang terletak di bagian timur Afghanistan.
Angka Korban yang Mengkhawatirkan
“Jumlah total korban jiwa mencapai 46 orang, dengan sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak,” ujarnya, menambahkan bahwa enam orang lainnya mengalami luka-luka, sebagian besar juga merupakan anak-anak. Hingga kini, kementerian luar negeri dan militer Pakistan belum memberikan tanggapan resmi terkait klaim tersebut.
Sementara itu, seorang pejabat senior keamanan Pakistan mengklaim bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghancurkan “tempat persembunyian teroris” dan dilakukan dengan menggunakan pesawat tempur serta drone, yang diyakini telah menewaskan setidaknya 20 anggota Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), kelompok Taliban di negara itu.
Pernyataan Penolakan dari Pihak Pakistan
“Pernyataan yang dikeluarkan oleh pejabat Afghanistan mengenai korban sipil dianggap tidak berdasar dan menyesatkan,” tegasnya, meskipun tanpa menyebutkan nama.
Kementerian Pertahanan Taliban juga merilis pernyataan resmi pada malam Selasa (23/12) yang mengecam serangan tersebut, menyebutnya sebagai tindakan “biadab” dan “agresi terang-terangan”.
“Emirat Islam tidak akan membiarkan tindakan pengecut ini berlalu begitu saja tanpa balasan, dan mereka menganggap hak untuk mempertahankan wilayah dan kedaulatannya sebagai hak yang tidak dapat dicabut,” tulis pernyataan tersebut, merujuk pada nama resmi pemerintahan Taliban.
Sejarah Konflik yang Terus Berulang
Bentrokan di perbatasan ini terjadi setelah serangan udara mematikan yang diluncurkan oleh militer Pakistan pada bulan Maret, yang menurut klaim Taliban menewaskan delapan warga sipil.
Seorang penduduk Barmal yang bernama Maleel, menceritakan kepada AFP bahwa serangan pada Selasa (23/12) merenggut nyawa 18 anggota dari satu keluarga.
“Pengeboman itu menghancurkan dua atau tiga rumah, dan dalam satu rumah, 18 orang dari satu keluarga tewas,” jelasnya.
Dia menambahkan bahwa serangan itu juga menyebabkan tiga orang lainnya tewas di rumah yang berbeda dan beberapa orang lainnya mengalami cedera, yang segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
Referensi: anomsuryaputra.id